Di suatu desa kecil, hidup seorang bernama Ebun, seorang pembuat mainan kayu untuk anak – anak.
Ebun sangat berbakat dan sangat terkenal hingga ke desa – desa di sekitarnya. Orang – orang dari berbagai daerah datang untuk membeli mainan kayunya atau membawa mainan rusak untuk diperbaiki. Ia sangat berhati – hati dan terampil dalam memperbaiki mainan rusak, sehingga mainan yang diperbaikinya akan terlihat seperti baru kembali.
Ebun mempunyai seorang anak perempuan, dan ia membuatkan sebuah boneka kayu yang sangat indah untuk anaknya itu pada ulang tahunnya yang ke sepuluh. Gadis kecil itu sangat menyukai boneka tersebut dan selalu membawanya ketika bermain.
Pada suatu hari bonekanya itu patah, ia menangis dan berlari menuju tempat ayahnya. Ia mengeluh kepada ayahnya bahwa tangan bonekanya patah pada waktu bermain tadi. Ayahnya mendengarkan keluhannya dan menghiburnya. Ia meminta anaknya meninggalkan boneka itu untuk diperbaiki dan mengambilnya kembali setelah diperbaiki.
Si gadis kecil berkata, “ Tidak ayah, kau tidak mengerti. Aku ingin tangan yang satu lagi dipotong kemudian dipelitur setelah itu di lem atau di paku untuk menyambung kembali.” Sang ayah berusaha menjelaskan kepadanya untuk meninggalkan bonekanya dan kembali lagi untuk mengambilnya. Ia yang membuat boneka itu dan ia tahu cara terbaik untuk memperbaikinya. Si gadis kecil tidak sabar dan berkata kepada ayahnya, “Ayah, kau tidak mengerjakan sesuai dengan cara yang aku inginkan, kau terlalu lambat.” Sehabis berkata demikian si gadis kecil mengambil bonekanya dan meninggalkan ayahnya di bengkel kerja. Sang ayah mencoba memanggilnya, tetapi gadis kecil tersebut tidak mau mendengarnya, dan sang ayah pun merasa sangat sedih.
Seperti juga gadis kecil tersebut, kebanyakan dari kita juga membawa segala persoalan kita kepada Tuhan dan mencoba mengatur-Nya untuk menyelesaikan persoalan tersebut sesuai dengan keinginan kita. Sering kali kita menyadari bahwa Tuhan yang menciptakan kita dan Ia mengerti cara terbaik untuk menangani persoalan kita, jika kita menyerahkan persoalan tersebut di bawah kaki-Nya.
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah Firman Tuhan.” (Yesaya 55:8)
No comments:
Post a Comment